Sunday, January 24, 2021

Holiparent LINGKUNGAN & Manusia : Ilmu Lingkungan & Covid-19 (doa dan upaya untuk tetap sehat & produktif)


 

Mengapa belajar ilmu lingkungan ?


Saat ini saya (Constantinus) dan istri saya (Susana) sedang menyelesaikan disertasi kami dalam bidang ilmu lingkungan, sedangkan anak saya (Agatha) sedang menyelesaikan skripsi dalam bidang teknologi pangan. Tulisan ini saya buat untuk menjawab pertanyaan dari banyak kenalan, peserta pelatihan, maupun klien konsultasi kami tentang mengapa saya dan istri saya belajar ilmu lingkungan.


Jawaban yang pertama tentu saja karena saya dan istri saya menyukai ilmu lingkungan. Kami mulai belajar ilmu lingkungan (ekologi) saat kami kuliah S-1 di program studi perikanan, dan menyelesaikan skripsi di bidang budidaya perairan (aquaculture engineering) dengan predikat cumlaude. Saya melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi tentang recirculating aquaculture system (RAS) sedangkan istri saya melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi tentang pakan (feed technology). Bahkan, kami juga sempat mengurus beasiswa British Chevening Scholarship, tetapi tidak berlanjut karena kami saat itu sudah lebih dulu bekerja di perusahaan perbankan (yang kami pilih karena pertimbangan faktor ekonomi). Istri saya setelah lulus kuliah S-1 bekerja di bank selama 20 tahun (sambil kuliah S-2 di bidang manajemen pemasaran), sampai memilih pensiun di usia 46 tahun kemudian melanjutkan belajar S-2 di bidang psikologi sambil memberikan pelatihan dan konsultasi. Sedangkan saya, sejak lulus kuliah S-1 bekerja di bank, dan sejak 2007 sampai saat ini menjadi komisaris independen (sambil belajar S-2 di bidang manajemen pemasaran, S-2 manajemen sumberdaya manusia, dan S-2 psikologi). 


Penulis (tengah) bersama istri dan anak


Jawaban yang kedua adalah karena saya dan istri saya
melihat kenyataan tentang besarnya pengaruh faktor lingkungan pada produktivitas kerja. Perjumpaan kami dengan banyak karyawan (staf, supervisor, manajer) maupun pengelola bank (direktur, komisaris) memberikan pengalaman empiris bahwa pola pikir, sikap, perilaku, dan produktivitas kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia hidup (ilmu alam), selain dipengaruhi oleh pergaulan dengan orang-orang di sekitarnya (ilmu sosial). Lingkungan di mana dia hidup ini yang dipelajari dalam ilmu lingkungan sebagai ABC. Apa itu ABC ? A adalah singkatan dari komponen abiotic yang merupakan benda mati yang ada di mana seseorang tinggal. B adalah singkatan dari komponen biotic yaitu makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuhan) yang ada di tempat tinggal seseorang. C adalah singkatan dari komponen culture yaitu budaya yang ada di tempat tinggal orang itu. Tentu saja, sudut pandang ini tidak lepas dari ilmu yang dipelajari saya dan istri saya di S-2 psikologi.


Jawaban yang ketiga adalah kemudahan yang diberikan oleh Tuhan yang kami maknai sebagai tanda-tanda tentang panggilan hidup kami. Saat itu, saya baru saja lulus S-2 psikologi di awal tahun 2018. Istri saya lulus S-2 psikologi di pertengahan 2018. Dr. Endang Widyorini, seorang pakar psikologi dan psikolog praktik, memberi tahu saya tentang S-3 ilmu lingkungan. Akhirnya, saya melanjutkan studi di S-3 lingkungan di tahun 2018, sedangkan istri saya melanjutkan studi S-3 ilmu lingkungan di tahun 2019. Karena kami adalah para peneliti dan praktisi di bidang psikologi, maka kami tetap fokus pada tema psikologi perilaku dan kepemimpinan. Kami dapat melanjutkan studi S-3 ini karena ada program S-3 by reserach. Apa itu S-3 by reserch ? S-3 by research tidak memiliki jadwal kuliah kelas sebanyak S-3 by coursework. (Tapi S-3 by research kami tetap ada pengumpulan tugas kuliah dan masih ada ujian untuk kuliah yang kami tempuh, seperti Filsafat Ilmu, Metode Penelitian, Kepemimpinan Lingkungan, Teori Ilmu Lingkungan, dan sebagainya). Biasanya yang mengambil S-3 by research adalah para peneliti (dan juga dosen) yang sudah memiliki rencana penelitian sesuai bidang keahliannya, karena pada saat seleksi penerimaan mahasiswa baru S-3 by research sudah diujikan tentang rencana proposal penelitian yang akan dilakukan (berbeda dengan S-3 by coursework yang rencana proposal penelitian baru disusun setelah menjalani kuliah selama 4 semester atau dua tahun kuliah). Syukur kepada Tuhan bahwa setelah satu tahun menjalani studi S-3, saya lulus ujian kelayakan proposal disertasi di tahun 2019 tentang kepemimpinan korporasi, sedangkan istri saya lulus ujian kelayakan proposal disertasi di tahun 2020 tentang perilaku psikologi / pendidikan.  


Relevansi dengan dunia kerja di saat pandemi Covid-19


Di masa pandemi Covid-19 saat ini, sebagai mahasiswa S-3 by research di bidang ilmu lingkungan, saya dan istri melakukan sosialisasi lewat pelatihan maupun konsultasi kepada karyawan perusahaan maupun masyarakat luas tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup dan juga perilaku psikologi, supaya tetap sehat dan tetap bisa produktif dalam berkarya. Lingkungan hidup di rumah maupun di tempat kerja sangat berpengaruh pada kesehatan setiap individu, dan otomatis sangat berpengaruh pada produktivitas dalam berkarya. Orang yang sakit (baik secara psikis seperti stres, maupun secara fisik seperti demam) akan menurun produktivitasnya. Tidak dipungkiri, ini berdampak pada penghasilan yang diterimanya, dan akhirnya berdampak pada kesejahteraan dia dan keluarganya (secara psikis maupun fisik). Singkat kata, harus diatasi dengan baik oleh setiap orang supaya tidak terjadi efek bola salju yang menggelinding secara liar di mana semakin lama masalah yang muncul semakin banyak dan komplek. 


Kami melakukan edukasi berbasis ilmu psikologi dan ilmu lingkungan yang kami pelajari tentang perlunya melakukan Protokol Kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, melakukan physical distancing, menghindari kerumunan, dan mengurani mobilitas) di saat pandemi ini.  Penelitian kami di berbagai perusahaan maupun lembaga pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar orang memiliki kepribadian dominan sensing, yang hanya mengandalkan panca indera saja. Orang yang dominan sensing memang cukup sulit untuk menaati Protokol Kesehatan 5M yang ditentukan Pemerintah Republik Indonesia  karena virus penyebab Covid-19 memang tidak kelihatan oleh panca indera. Oleh karena itu perlu edukasi terus-menerus tentang adanya virus Covid-19 ini (meskipun tidak kelihatan) dengan memberikan penggambaran (visualisasi) tentang akibat nyata yang telah terjadi karena adanya pandemi ini (banyaknya orang yang sakit atau meninggal karena virus Covid-19, penjelasan tentang apa itu virus dan apa bedanya dengan bakteri serta binatang lain yang kelihatan oleh mata). 


Singkat kata, ilmu psikologi dan ilmu lingkungan yang kami pelajari, kami terapkan untuk mengedukasi karyawan perusahaan maupun masyarakat luas bahwa supaya sehat, maka memang secara ekologi (ilmu lingkungan) harus dijaga supaya kepadatan populasi di suatu tempat (lingkungan kerja maupun lingkungan tempat tinggal) jangan sampai melebihi dari daya dukung lingkungan (oksigen, sinar matahari, ruang gerak secara fisik, dan sebagainya). Kami menekankan bahwa tidak cukup dengan memakai masker saja. Lingkungan kerja maupun tempat tinggal harus dijaga supaya bersih dan tertata dengan baik (indah) serta memiliki kecukupan daya dukung untuk membuat orang-orang yang berada di dalamnya sehat secara psikis (bahagia, tidak stres, dan sebagainya) maupun secara fisik.   


Ini memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Karena dalam doa dan upaya, semuanya menjadi mungkin dalam berkat Tuhan.


"Lingkungan yang baik untuk kesejahteraan yang baik".


----- oOo -----


Ditulis oleh Dr. (Cand) Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog pada 24 Januari 2021 pk. 02.00 - 03.37 WIB.




Holiparent LINGKUNGAN & Manusia : Ilmu Lingkungan & Covid-19 (doa dan upaya untuk tetap sehat & produktif)

  Mengapa belajar ilmu lingkungan ? Saat ini saya (Constantinus) dan istri saya (Susana) sedang menyelesaikan disertasi kami dalam bidang il...